Minggu, 16 Oktober 2011

ini waktu aku masih SD


        Hal ini terjadi saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar, aku lupa kelas berapa tepatnya, tapi kurang lebih saat itu aku masih kelas 5 atau 6 SD, karena itu adalah tempat baru dan mungkin akan banyak orang yang pergi kesana, aku suka berada di tempat yang ramai. SD. Kejadian ini bermula ketika orang tuaku mengajak untuk pergi berbelanja ke sebuah tempat belanja baru di kota tempat saya tinggal, Malang Town Square. Tidak lupa saat itu aku juga mengajak salah satu teman dekatku yang sekaligus juga tetanggaku, Sisca namanya. Aku sangat senang diajak pergi kesana, karena itu adalah tempat baru dan mungkin akan banyak orang yang pergi kesana,aku suka berada di tempat yang ramai.


       
Sesampainya disana, aku langsung mengajak  Sisca turun dan menuju pintu masuk. Tentu saja aku juga bersama ayah dan ibuku, mereka berjalan di belakangku, sedangkan aku dan Sisca di depan. Benar apa dugaanku, banyak orang disana. Akhirnya aku dan Sisca lebih sibuk memperhatikan dan mengomentari orang yang berlalu lalang disana daripada memperhatikan tujuan kami datang kemari. 

            Ketika aku dan Sisca hampir naik tangga berjalan untuk menuju ke lantai dua, ayah dan ibuku mengingatkan aku untuk menuju tempat berbelanja dahulu, agar nanti tidak terlalu malam kami pulang, dan masih ada waktu untuk jalan – jalan lagi. Aku dan Sisca menurut saja. Ketika tiba di tempat belanja, aku dan Sisca langsung mengambil kereta belanjanya dan berjalan lagi menghampiri ayah dan ibuku. Saat di dalam, ibuku sibuk memilih dan membandingkan harga barang -  barang yang akan dibeli untuk keperluan sehari – hari. Aku dan Sisca lebih memilih untuk melihat – lihat mainan disana, kamipun meminta ijin kepada ayah dan ibuku untuk pergi ke bagian mainan, mereka mengijinkan kami pergi kesana, tetapi kami harus cepat kembali agar tidak terlalu lama, kami menyetujuinya dan langsung berjalan menuju ke bagian mainan.
            Saat di bagian mainan, aku dan Sisca selalu saja mengomentari mainan yang kami lihat dan kami tertawa keras sekali bila ada sesuatu yang lucu, kami tidak perduli bila orang lain melihat kami dengan tatapan heran, karena memang menurut  kami ada yang lucu dan pantas untuk menjadi bahan tertawaan. Kami melihat mainan cukup lama, sampai akhirnya kami memutuskan untuk mencari ayah dan ibuku.
           Kamipun berjalan mengelilingi tempat belanja tersebut, tapi aneh, kami tidak menemukan orang tuaku. Kamipun mencari lagi hingga tiga kali, tapi tetap saja kami tidak menemukan mereka. Akhirnya kami putus asa dan memilih untuk melaporkan pada bagian informasi bahwa kami kehilangan orang tua kami. Kami lalu menuju ke depan, ke bagian informasi.
            Ketika kami sampai disana, kami melaporkan kepada karyawan yang saat itu sedang bertugas disana bahwa kami sedang mencari orang tua kami. Petugas itupun langsung menanyakan beberapa hal kepadaku yang berhasil aku jawab dengan lancar. Petugas itu menanyakan namaku dan temanku, nama orang tuaku, dan alamat rumahku. Setelah itu, kami disuruh menunggu disana. Kamipun duduk di kursi yang telah disediakan sambil menunggu ayah dan ibuku datang menjemput kami.
            Setelah agak lama menunggu, mungkin sekitar 30 menit, aku melihat seorang wanita berambut hitam panjang sebahu dan berkulit putih, ia memakai baju berwarna merah muda dan celana jeans hitam dan membawa tas warna merah muda. Dia ibuku. Tanpa pikir panjang, aku langsung berlari dan memeluk orang itu dari belakang dan berkata “Mama darimana saja? Kenapa lama sekali menjemputku. Bukannya malah cepat menjemput aku tapi malah ngobrol disini, aku daritadi nungguin mama lama sekali sama Sisca” , Tapi aku tidak mendengar ibuku menjawab pertanyaanku, aku malah mendengar ia berkata “Maaf ya, adik ini siapa? Saya kok tidak kenal sama adik” . Aku kebingungan, dengan spontan aku melepas pelukanku dan mendongak ke atas. Aku malu sekali, sangat malu. Aku yakin saat itu mukaku merah seperti kepiting rebus. Aku malu., aku langsung berkata “Eh maaf tante. Saya nggak sengaja. Maaf ya tante? Soalnya daritadi saya terpisah sama mama saya tante, terus saya liat tante, tante mirip mama saya. Maaf banget ya tante?”, wanita itupun menjawab “Iya, tidak apa – kok, Dik”. Wanita itu langsung berjalan dengan teman – temannya yang lain sambil terus tertawa. Dan aku masih saja menahan malu, karena kulihat orang di sekitarku juga ikut tertawa melihatku tadi.
            Setelah wanita itu pergi, aku baru sadar, kemana Sisca? Kenapa tadi dia tidak ada? Aku langsung mencarinya, dan aku melihat dia masih tetap berada di bagian informasi bersama ayah dan ibuku, mereka sedang tertawa. Dan aku yakin, mereka menertawakanku karena kejadian barusan. Aku langsung berjalan menghampiri mereka dan langsung memprotes Sisca, “Sis, kamu kenapa nggak bilang sih kalo perempuan tadi bukan mamaku? Kan akunya jadi malu, Sis”, tapi bukannya malah menjawab, Sisca malah tertawa terbahak – bahak, ia lalu mengatakan “Ya mana aku tahu kalau kamu tadi lari mau menghampiri ibu kamu yang tadi itu. Hahahaha”, Sisca berkata begitu dengan nada mengejek yang membuatku merasa bahwa mukaku semakin memerah. Akhirnya kamipun meneruskan berbelanja lagi. Sejak saat itu, jika aku bermain dengan Sisca, ia akan kembali mengatakan tentang kejadian yang tadi kualami, dan itu selalu berhasil membuat mukaku merah, tapi tidak urung aku tertawa juga karena mengingatnya.
       
   

1 komentar:

Anonim mengatakan...

.lucu qmu waktu Sd :-D

Posting Komentar